Nama | : Nirwana Aslam Yahya |
TTL | : Sidrap, 30 Juli 1969 |
Tgl Daftar Haji | : 10 - 08 - 2011 |
Berangkat Haji | : 2015 |
Ibu Nirwana, biasa ia dipanggil oleh sesama calon jamaah haji lainnya. Wanita paruh baya yang bernama lengkap NIRWANA ASLAM YAHYA kelahiran Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan 46 tahun yang lalu, wajib untuk dinobatkan sebagai seorang muslimah berhati sangat mulia. Ia ikhlas dengan rela menunda keberangkatan ke Tanah Suci demi mengurus Ibu Nure Kadeni yang sakit dan diopname di RS Haji Sukolilo karena menderita penyakit cacar api. Yang notabennya, wanita berdarah Bugis ini sama sekali tidak mempunyai hubungan darah dengan Ibu Nure.
Ibu Nure adalah calon jamaah haji (CJH) yang terlahir Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Namun, ia mendaftar haji melalui Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebab, masa tunggu keberangkatan haji di NTT lebih cepat dari pada daerah asalnya. Sementara itu, ibu Nirwana adalah warga Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Seperti halnya Nure, dia mendaftar haji melalui Kabupaten Flores Timur NTT, dengan berdomisili menggunakan alamat saudaranya. Awal peretemuan Ibu Nure dan Nirwana pada saat mereka sama-sama ditempatkan di kloter 49.
Seperti jamaah haji lain, ibu Nure dan Nirwana mendapat pengarahan dari Kementerian Agama setempat tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji. Saat itulah kedua calon jamaah tersebut saling kenal satu sama lain. “Saat itu Ibu Nure diantar keponakannya,” kenang Ibu Nirwana. Kala itu, keponakan ibu Nure berpesan kepada ibu Nirwana agar menjaga saudaranya tersebut. Maklum, meski baru berusia 50 tahun, tubuh Nure kecil dan ringkih. Dia terlihat lebih tua daripada usianya. Nure juga sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia. Bahasa Bugis adalah satu-satunya alat komunikasi yang mampu ia kuasai.
Sebelum berangkat ke Asrama Haji Sukolilo, sebenarnya ibu Nure sudah menderita cacar api. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk berangkat. Setelah masuk di asrama haji Embarkasi Saurabaya pada Kamis lalu (10/9), cacar api yan dideritanya semakin parah. “Di Flores cuma bintik sedikit, sampai sini sudah menjalar banyak di tangannya,” ujar Ibu Nirwana kepada kami. Karena kondisinya semakin mengkhawatirkan, ibu Nure pun akhirnya dibawa ke RSU Haji pada Jumat (11/9).
Di RS tersebut, ibu Nure merasa sendiri dan sedih. Ketakutannya jika ditinggal sendiri dan kondisi ini diperparah dengan keberangkatan saudara iparnya yang memilih terbang lebih dahulu. Ibu Nure dan Nirwana seharusnya berangkat pada Sabtu (12/9) bersama kloter 49. Namun, dokter melarang Nure berangkat karena kondisi kesehatannya belum memungkinkan. Kesedihan ibu Nure pun semakin meluap. Melihat kondisi ibu Nure yang tiada henti menangis tanpa ada yang mendampinginya, disaat itulah perasaan ibu Nirwana tersentak jatuh dan tak berdaya melihat kesedihan ibu Nure. “Tidak tega aku menyaksikan kesedihan itu” tandas ibu Nirwana. Ia pun dengan segenap keikhlasan dan kerelaan hati beliaupun rela menunda keberangkatan ke Tanah Suci demi menjaga ibu Nure. “Kasihan sekali, Ibu Nure itu,” tuturnya.
Saat rekan satu kloternya berangkat ke Tanah Suci, ibu Nirwana memilih menemani ibu Nure yang terbaring lemah di RSU Haji. Setiap hari ibu Nirwana pulang-pergi dari asrama hai ke RSU Haji untuk mengurus ibu Nure, dengan ketentuan ia harus diantar dengan panitia Embarkasi dikarenakan Calon Jamaah Haji selama berada di Asrama Haji Embarkasi sudah harus dikarantinakan dan disterilkan, artinya dilarang untuk keluar asrama, kecuali dengan kepentingan darurat.
Mengganti pakaian, menyuapi, dan meminumkan obat itulah keseharian yang dilakukan ibu Nirwana selama menjaga ibu Nure. Setelah ibu Nure terlelap dalam tidurnya, barulah ibu Nirwana memutuskan kembali ke asrama haji untuk beristirahat. “Untung, ada panitia asrama haji yang mau bantu antar-jemput saya,” ucap perempuan 46 tahun itu.
Keinginan Ibu Nirwana untuk menunda dan mau menjaga ibu Nure tanpa sepengetahuan keluarganya bahwa dirinya telah menunda keberangkatannya. Bahkan, telepon genggam yang dibawanya sengaja dimatikan agar keluarganya mengira ia sudah berangkat ke Tanah Suci. Dia tidak mau keluarganya khawatir. Di sisi lain, keluarga ibu Nure justru merasa senang dengan kehadiran dan kemuliaan hati ibu Nirwana.
Senin, 14-9-2015 keputusan dokter untuk memperbolehkan Ibu Nure kembali ke asrama haji karena kondisi yang semakin membaik. Rencananya, keduanya akan segera diberangkat ke Tanah Suci dengan menunggu seat/kursi kosong. “Saya yakin kalau sudah rezeki pasti bisa berangkat, kalau terpaksa ditunda tahun depan ya tidak apa-apa,” kata Nirwana, ibu empat anak itu.
Persiapan Kepulangan Ibu Nure dari RSU Haji Ke Asrama Haji Embarkasi Surabaya
Selama di Arab Saudi nanti, ibu Nirwana berjanji mendampingi ibu Nure. Sebab, Nure masih harus meminum obat dokter untuk memulihkan kondisinya. “Biar ibu Nure satu kamar dengan saya saja,” imbuhnya. Ibu Nure pun menangis haru saat ditanya perasaannya setelah mendapat pertolongan dari Nirwana.
Selasa, 15-9-2015 hentakan kaki panitia Embarkasi dan beberapa orang menuju pintu kamar kami. Ternyata salah satu pasien dari kabupaten Ende Provinsi NTT bernama ibu Sumiyati yang telah lalu divonis dokter gagal berangkat karena jatuh dari tangga hingga mengalami patah tulang di pinggul paha. Mendadak bisa diberangkatkan dengan ketentuan membuat surat pernyataan dan harus didampingi salah satu jamaah. “biar saya yang menjaga dan mendampingi”, sentak ibu Nirwana. Haru bercampur suka cita kami mendengar suara itu, Tangisan keluarga ibu Sumiyati pun pecah mendengar ungkapan itu. sosok yang tidak dikenal berubah menjadi seorang malaikat kecil.
Kerelaan ibu Nirwana merawat ibu Nure dan dengan ikhlas mau menjaga ibu Sumiyati yang tergeletak di atas kursi roda ini dibenarkan oleh salah satu petugas Kanwil Kemenag Prov. NTT yang juga ditunda kepulangannya ke kupang NTT karena masih ada Jamaah Calon Haji yang sakit, termasuk ibu Nure. “sifat Ibu Nirwana yang suka kasihan lihat orang kesusahan, siapa saja mau dia bantu,” ungkap kami.
Menunggu Pemberangkatan 3 Jamaah NTT dengan kloter 60
"Kami akan terus menunggui semua jamaah asal NTT hingga berangkat ke Tanah Suci, Setelah mereka berangkat, baru kami akan kembali ke Kupang", Imbuh Kami Petugas Kanwil kemeterian Agama Prov. NTT dan tanggal 15-9-2015, hari selasa pukul 19.10 WIB, Alhamdulilah 3 jamaah asal NTT yang tertunda keberangkatannya bisa berangkat ke Tanah Suci bersama kloter 60 asal daerah Kediri.
Semoga kisah Ibu Nirwana ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua.
PETUGAS KANWIL KEMENAG PROVINSI NTT
